Dating Violence |
Pacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan memahami lawan jenisnya dan belajar membina hubungan sebagai persiapan sebelum menikah, untuk menghindari terjadinya ketidakcocokkan dan permasalahan pada saat sudah menikah. Masing-masing berusaha mengenal kebiasaan, karakter atau sifat, serta reaksi-reaksi terhadap berbagai masalah maupun peristiwa (http://www.balipost.com). Indahnya romantika pacaran sudah menghipnotis remaja sampai mereka lupa bahwa dibalik indahnya pacaran, kalau tidak hati – hati justru akan terjebak dalam situasi yang tidak menyenangkan atau bahkan akan menjadi cerita yang tidak akan terlupakan seumur hidup (http://www.cumacewe.com). Karena dalam pacaran, ternyata tidak lepas dari hal-hal yang berbau kekerasan (http://www.balipost.com).
Banyak yang
beranggapan bahwa dalam berpacaran tidak mungkin terjadi kekerasan, karena pada
umumnya masa berpacaran adalah masa yang
penuh dengan hal – hal yang indah, dimana setiap hari diwarnai oleh manisnya tingkah
laku dan kata – kata yang dilakukan dan diucapkan pacar (http://situs.kespro.info/gendervaw).
Orang sering tidak sadar sebuah hubungan pacaran dapat berubah menjadi tidak
sehat dan dipenuhi kekerasan. Jika dalam kehidupan berumah tangga dikenal ada
KDRT, dalam pacaran istilah itu disebut dengan KDP (Kekerasan Dalam Pacaran)
(http: //www.balipost.com).
KDP atau dating
violence adalah perilaku atau tindakan seseorang yang dapat digolongkan
sebagai tindakan kekerasan dalam
percintaan atau pacaran, bila salah satu pihak merasa terpaksa, tersinggung dan
disakiti dengan apa yang telah dilakukan pasangannya (http://immunnes.blogspot.com). Kekerasan
yang terjadi terdiri dari beberapa jenis, misalnya serangan terhadap fisik,
emosional, ekonomi dan seksual (http://situs.kespro.info/gendervaw).
Terlepas akibat kekerasan itu dapat terlihat langsung atau baru tampak
kemudian, tetapi yang jelas dampak kekerasan seperti gangguan kesehatan,
hilangnya konsep diri dan rasa percaya diri akan menghambat perempuan korban
kekerasan untuk berpartisipasi secara
optimal dalam masyarakat. WHO memperkirakan
perempuan yang mengalami kekerasan
akan kehilangan 50 % produktivitasnya (http://www.rahima.or.id).
Salah satu
penelitian di Amerika Serikat
menyebutkan bahwa dari 77 remaja, 66 % dari mereka mengaku mengalami kekerasan
saat sedang berpacaran (http://situs.kespro.info/gendervaw).
Dalam sebuah diskusi mengenai KDP, 70% remaja putri melaporkan mendapatkan
pelecehan waktu pacaran, sedangkan remaja putra dalam kesempatan yang sama
mengaku mendapat pelecehan dari pacarnya adalah sebesar 27% (http://situs.kespro.info/gendervaw).
Kemudian menurut data yang terkumpul di Komnas perempuan selama kurun waktu
tiga tahun, jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia mengalami
pertambahan yang sangat memprihatinkan menjadi 20,391 kasus (2005). Jumlah ini
meningkat dibandingkan tahun 2004 (14.020 kasus), 2003 (5.934 kasus), dan 2002
(5.163 kasus) (http://www.rahima.or.id). Sepanjang tahun
2005 tercatat sebanyak 20.391 kasus, 3,82 % di antaranya atau sekitar 635 kasus
adalah KDP (http://immunnes.blogspot.com).
Menurut
catatan LSM Kelompok Perempuan Pro Demokrasi (KPPD) Samitra Abhaya, kasus
kekerasan terhadap perempuan di Jawa Timur selama 2007 sebesar 664 kasus, 88
(13,3%) adalah kasus kekerasan dalam pacaran (http://www.d-infokom-jatim.go.id).
Berdasarkan hasil wawancara tanggal 23 April 2008 dengan bapak Mudjiadi selaku
Kanit PPA (Pelayanan Perempuan dan Anak) Polresta Kediri, pada awal tahun 2008
ini saja sudah ada 1 kasus kekerasan dalam pacaran yang berupa kekerasan
seksual. Jumlah sebenarnya bisa jadi lebih banyak sebab korban KDP enggan
melaporkan kekerasan yang
dialaminya (http://immunnes.blogspot.com). Kasus
yang tampak hanya kasus – kasus yang dilaporkan atau tanpa sengaja
terbukti dan diketahui. Dalam hal ini
yang tampak berupa fenomena gunung es (iceberg), dimana kasus sebenarnya
masih jauh lebih besar lagi, namun banyak hal
yang membuatnya tidak muncul ke permukaan (http://indomcusa.com).
Dari studi
pendahuluan yang dilakukan pada tanggal
03 April 2008 di Program Studi Kebidanan Kediri terhadap 20 mahasiswa
yang berada pada rentang usia 17 – 21 tahun, didapatkan 19 mahasiswa mengaku
pernah mengalami kekerasan dalam pacaran dan hanya 1 mahasiswa yang tidak pernah mendapat
kekerasan saat sedang pacaran. Dari pendataan tanggal 29 April 2008 di
Universitas Kadiri Jurusan Kebidanan, dari 20 mahasiswa, ada 14 mahasiswa yang
pernah mendapatkan kekerasan dalam pacaran, 6 mahasiswa tidak pernah. Sedangkan
di Akademi Kebidanan Dharma Husada, dari 20 mahasiswa, 16 mahasiswa mengaku
pernah mengalami kekerasan saat pacaran dan 4 diantaranya mengaku tidak pernah
mendapatkan kekerasan dalam pacaran.
0 komentar:
Posting Komentar