ASKEP GASTROENTERITIS ( GE )



LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTERITIS ( GE )
A.    Konsep Dasar Penyakit
1.      Definisi
Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dalam elektrolit secara berlebihan karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang cair (Yuliani, 2001)
Gastroenteritis adalah defekasi encer lebih dari 3x sehari dengan atau tanpa darah dan lendir dalam tinja, terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat  (Mansjoer Arif, 2000)
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali sehari pada bayi dan lebih dari 3 kali sehari pada anak dengan konsistensi encer, dapat berwarna hijau/ dapat pula bercampur lendir dan darah/ lendir saja. (Ngastiyah, 2005)
Menurut perjalanan penyakit jenis diare antara lain :
a.       Akut                     :  jika < 1 minggu
b.      Berkepanjangan   : antara 7 – 14 hari
c.       Kronis                  :  > 14 hari, disebabkan oleh non infeksi
d.      Persisten               :  > 14 hari, disebabkan oleh infeksi


2.      Etiologi
a.       Faktor Infeksi
1)      Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak meliputi :
·         Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, compylobacter yersinia, aeromonas, dan sebagainya.
·         Infeksi virus : Eterovirus (Virus echo, coxsaekie, poliomyelitis), Adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain.
·         Infeksi parasit : Cacing (ascaris, thrichiuris, oxyuris, strongyloides protozoa (entamoeba hystolytica, giardia lamblia, trichomonas hominis), jamur (candida albicans).
2)      Infeksi parenteral  yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
b.      Faktor Malabsorbsi
1)      Malabsorbsi karbohidrat : Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
2)      Malabsorbsi lemak
3)      Malabsorbsi protein
c.       Faktor makanan : Makanan basi, beracun, elergi terhadap makanan.


3.      Manifestasi klinik
Manifestasi klinis yang sering ditemukan antara lain mula-mula klien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang/ tidak ada, sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer yang mungkin disertai lendir dan darah, mual dan muntah, kram abdomen (disebabkan karena ketidakseimbangan elektrolit), lemah, pucat, perubahan tanda-tanda vital, menurun atau tidak ada pengeluaran urin, dan dehidrasi.
Tahapan dehidrasi menurut Ashwill dan Droske (1997) dikutip dari Suriadi dan Yuliani (2001):
·         Dehidrasi ringan : 0 – 5 % atau rata-rata 25 ml/kg BB
·         Dehidrasi sedang : 5 – 10 % atau rata-rata 75 ml/kg BB
·         Dehidrasi berat : 10- 15 % atau rata-rata 125 ml/ kg BB
4.      Patofisiologi
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor diantaranya pertama faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran perncernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat. Kedua, faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare. Ketiga, faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makan yang kemudian menyebabkan diare. Keempat, faktor psikologis dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2006).
5.      Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan & elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi, sbb :
a.       Dehidrasi
b.      Renjatan hipovolemik
c.       Hipoglikemi
d.      Intoleransi sekunder akibat kerusakan filimukosa usus dan defisiensi enzim laktase
e.       Hipokalemia
f.       Kejang, terjadi akibat dehidrasi hipertonik
g.      Malnutrisi energi protein

6.      Penatalaksanaan
Dasar pengobatan diare antara lain :
a.       Pengobatan dietetik
ASI atau susu formula yang mengandung rendah laktosa dan asam lemak. Beri makanan tinggi kalium ; misalnya jeruk, pisang, air kelapa
b.      Obat – obatan
·         Obat anti sekresi
·         Klorpormazin ; dosis 0,5 – 1 mg/ kg BB/ hari
·         Antibiotik ; umumnya tidak diberikan jika tdk ada penyebab yang jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan Tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB/ hari.
c.       Pemberian cairan
·         Belum terjadi dehidrasi
Cairan rumah tangga (seperti air tajin, air teh manis, dsb) sepuasnya dengan perkiraan 40 ml/kg BB/ setiap kali BAB
·         Dehidrasi Ringan
Beri cairan oralit 30 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, selanjutnya 10 ml / kg BB atau sepuasnya setiap kali BAB
·         Dehidrasi Sedang
Beri cairan oralit 100 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, selanjutnya 10 ml / kg BB atau sepuasnya setiap kali BAB
·         Dehidrasi Berat
o   0 – 2 th : RL 70 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, bila dehidrasi beri cairan oralit 40 ml / kg BB, seterusnya 10 ml / kg BB setiap BAB
o   > 2 th : RL 110 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, bila syok guyurkan sampai nadi teraba. Bila masih dehidrasi beri cairan oralit 200 – 300 ml / kg BB tiap jam. Seterusnya cairan oralit 10 ml / kg BB
7.      Pemeriksaan Diagnostik
a.       Pemeriksaan Tinja
·         Makroskopis dan mikroskopis
·         PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
·         Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b.      Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan PH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut Astrup (bila memungkinkan).
c.       Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d.      Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita yang disertai kejang).
e.       Pemeriksaan intubasi secara kualitas dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik. (Dr. Rusepto Hassan, 2005).




B.     Konsep Dasar Keperawatan
1.      Pengkajian
a.       Identitas klien
b.      Riwayat keperawatan
·         Awal serangan : adanya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul diare.
·         Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
c.       Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
d.      Riwayat psikososial keluarga
e.       Kebutuhan dasar
·         Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
·         Pola Nutrisi : diawali dengan muntah, mual, anoreksia, menyebutkan penurunan berat pada pasien.
·         Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
·         Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
·         Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.
f.       Pemeriksaan fisik
·         Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernafasan agak cepat.
·         Pemeriksaan sistematik :
1)      Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
2)      Perkusi : adanya distensi abdomen
3)      Palpasi : turgor kulit kurang elastis
4)      Auskultasi : terdengarnya bising usus
5)      Pemeriksaan tumbuh kembang
6)      Pemeriksaan penunjang
2.      Diagnosa Keperawatan
1)      Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
2)      Risiko kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering
3)      Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan intake makanan
4)      Cemas b/d perubahan status kesehatan
3.      Intervensi
DX. Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
Tujuan             : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam terjadi peningkatan
                          keseimbangan cairan
Kriteria Hasil   : Mempertahankan urine output sesuai dengan umur
                          Tanda – tanda vital dalam batas normal
                          Tidak ada tanda – tanda dehidrasi
                          Turgor kulit baik
Intervensi
1.      Observasi intake dan output cairan
R/ mengetahui adanya dehidrasi pada klien
2.      Monitor tanda-tanda vital
R/ mengetahui perkembangan klien lebih lanjut
3.      Observasi adanya tanda-tanda dehidrasi
R/ mengetahui keadaan dan penanganan lebih lanjut
4.      Motivasi keluarga untuk membantu pasien minum
R/ memenuhi kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh
5.      Kolaborasi pemberian cairan IV dan anti diare
R/ menggantikan cairan yang terbuang

DX. Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan intake makanan
Tujuan             : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam tidak terjadi
                          kekurangan nutrisi
Kriteria Hasil   : berat badan ideal sesuai dengan usia
                          tidak ada penurunan berat badan yang berarti
Intervensi
1.      Kaji keadaan umum klien
R/ mengetahui keadaan umum klien
2.      Monitor adanya mual dan muntah
R/ mual muntah sebagai penyebab nutrisi yang kurang
3.      Monitor berat badan klien setiap hari
R/ memantau peningkatan kebutuhan nutisi dalam tubuh
4.      Beri makanan dalam porsi sedikit tapi sering
R/ memenuhi kebutuhan nutrisi klien
5.      Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit
R/ diit yang tepat dapat mempercepat penyembuhan klien

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar